Hay semeton,,,,,pasti semeton pernah melihat/menonton apa yang namanya peresean,,,,,,,,tapi belum tentu tau apa itu peresean ,,,? PENASARAAAN,,,,
Di Simak ea,,,,,,,!!!
______________________________________________________________
Salah satu Budaya tradisional yang merupakan warisan peninggalan nenek moyang suku Sasak adalah budaya Peresean. Peresean adalah salah satu dari sekian banyak Budaya asli suku Sasak yang ada di Pulau Lombok.
Budaya Peresean ini
merupakan sebuah seni tradisional pertarungan antara dua orang petarung yang
disebut pepadu, dengan menggunakan sebuah rotan sebagai pemukul yang
disebut penjalin yang ujungnya dilapisi balutan aspal dan pecahan beling
yang ditumbuk sangat halus, dan perisai sebagai pelindung yang disebut ende yang
terbuat dari kulit sapi atau kulit kerbau. Acara adat Peresean ini telah berlangsung
secara turun temurun sejak ratusan tahun yang lalu, dan acara ritual adat
Peresean ini biasanya digelar disaat musim kemarau tiba untuk memanggil hujan.
Tradisi atau budaya Peresean ini sangat disakralkan oleh masyarakat suku Sasak
di Pulau Lombok, tapi karena sesuai dengan perkembangan jaman maka saat ini
tradisi Peresean diadakan hanya pada saat-saat tertentu menjelang
perayaan-perayaan khusus seperti pada perayaan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan RI,
hari Ulang Tahun Kabupaten/Kotamadya di Pulau Lombok atau menjelang bulan
Ramadhan.
Disamping itu, seni Peresean, bertujuan untuk menguji keberanian, ketangkasan dan ketangguhan seorang petarung (Pepadu) dalam pertandingan. Keunikan dari pertarungan ala Peresean ini
adalah pesertanya tidak dipersiapkan sebelumnya karena para petarung
diambil dari penonton sendiri ketika acara pertarungan dimulai. Ada dua
cara untuk mendapatkan Pepadu, yaitu: pertama, Pekembar Tengaq (tengah) menunjuk langsung calon Pepadu dari para penonton yang hadir. Kedua, Pepadu yang telah memasuki arena pertarungan menantang salah satu penonton untuk melawannya.
Pertarungan diadakan dengan sistem ronde, yaitu terdiri dari lima ronde. Pemenang dalam Peresean ditentukan dengan dua cara yaitu: Pertama, ketika kepala atau anggota badan salah satu Pepadu mengeluarkan darah, maka pertarungan dianggap selesai dengan kemenangan di pihak Pepadu yang tidak mengeluarkan darah. Kedua, jika kedua Pepadu
sama-sama mampu bertahan selama lima ronde, maka pemenangnya
ditentukan dengan skor tertinggi. Skor didasarkan kepada pengamatan Pekembar Sedi terhadap jalannya pertarungan. Untuk menggugah semangat para Pepadu dan agar unsur hiburannya tidak hilang, acara tarung Pereseandiiringi oleh alunan musik. Ketika musik mengalun, para Pepadu harus berhenti bertarung dan menari mengikuti irama musik.
Tetap eksisnya keberadaan tarung Peresean nampaknya tidak semata-mata karena Peresean dapat
dijadikan tolak ukur kemampuan dan harga diri dan berhubungan dengan
legenda ratu Mandalika, tetapi karena adanya keyakinan masyarakat bahwa
darah yang menetes berhubungan dengan hujan; semakin banyak darah
menetes, semakin besar peluang terjadinya hujan.
Setelah acara dimulai, Pekembar Tengaq (wasit) mengundang dua orang penonton untuk menjadi Pepadu. Setelah didapatkan dua orang Pepadu, keduanya memasuki arena pertandingan dengan membawa sebuah perisai (ende) dan alat pukul yang terbuat dari rotan. Sebelah tangan memegang ende untuk menangkis pukulan lawan dan sebelahnya lagi memegang tongkat untuk memukul lawan.Para Pepadu berusaha untuk memukul kepala lawannya.
Kedua Pepadu memasuki arena dan mengambil posisi berhadapan, Pekembar Tengaq berdiri di antara mereka. Kemudian Pekembar Tengaq menjelaskan hal-hal tekhnis pertarungan, misalnya: Peresean akan diadakan lima ronde, Pepadu tidak boleh memukul tubuh bagian bawah lawannya, Pepadu yang dari tubuhnya keluar darah berarti kalah, dan lain sebagainya. Setelah itu, Pekembar Tengaq memberi aba-aba untuk memulai pertarungan. Di sisi arena, Pekembar Sedi mengawasi
jalannya pertarungan untuk memastikan tidak adanya kecurangan. Pada
saat aba-aba dimulai, musik penggugah semangat kemudian dimainkan.
Setelah waktu ronde habis, Pekembar Tengaq meniup peluit untuk memberikan kesempatan Pepadu untuk beristirahat dan memikirkan strategi bagaimana mengalahkan lawannya. Bahkan di saat bertarungpun, Pekembar Tengaq dapat menyuruh Pepadu untuk menari.
Pepadu berusaha sekuat tenaga untuk mengalahkan lawannya.
Setelah diketahui pemenangnya, baik karena menang angka atau karena ada tubuh salah seorang Pepadu mengeluarkan darah, sang pemenang diberi kesempatan istirahat dan Pekembar Tengaq
kembali mengundang atau menunjuk penonton lain untuk memasuki arena.
Demikian seterusnya sampai didapatkan juaranya. Satu hal yang cukup
menarik untuk dicermati adalah seberapapun parahnya luka yang
ditimbulkan dalam Peresean tersebut, para Pepadu selalu mengakhiri Peresean dengan saling rangkul.
Sumber:
- Peresean(stick Fighting), dalam http://wirangpatut.blogspot.com/2007/06/ Peresean- stick-fighting.html, diakses tanggal 27 September 2007
- Peresean, senggigi, Indonesia, dalam http://www.worldeventsguide.com/ event.ehtml?o=4152, diakses tanggal 27 September 2007
- Peresean, dalam http://terune-sasaq.blogspot.com/2007/08/Peresean.html, diakses tanggal 27 September 2007.
- Peresean, dalam http://razez.wordpress.com/2006/09/18/Peresean/, diakses tanggal 28 September 2007.
0 komentar:
Posting Komentar