GUGUS – gugus awan di pulau Lombok
terasa begitu dekat seakan hendak runtuh dari langit. Deru angin menemani
langkah demi langkah saya menapaki salah satu tanah tertinggi di Indonesia ini.
Di kejauhan, terlihat Gunung Rinjani
berdiri dengan kokohnya. Menjulang sepanjang setengah dari utara lombok, Gunung
Rinjani (3726m), adalah gunung berapi tertinggi kedua Indonesia.
Awal perjalanan, pintu sembalun.
Peta Rinjani. Jalur merah adalah
rute naik, biru rute turun. Maps by lonely planet.
Sesampainya di pancor, dan setelah
melengkapi logistik di pasar Aikmel, saya menuju Desa Sembalun menggunakan truk
pasir. Desa Sembalun merupakan salah satu jalur masuk ke Taman Nasional Gunung Rinjani. Saat perjalanan ke
Sembalun, kami sempat berhenti di Bukit Tiga dara untuk menikmati matahari
terbenam.
1. Bukit tiga dara
Rinjani bagaikan dunia lain, ucap
kawan saya. Bagaimana tidak, sejak awal pendakian kami sudah disuguhi padang
savana yang eksotis, hutan tropis yang mempesona, serta perbukitan yang luar
biasa indah.
Ini baru awal, tetapi sudah sangat
indah.Masih di Bukit tiga Dara
Dari basecamp Sembalun ke pos satu
dihiasi padang savana seperti bukit teletubbies, saya sedikit memotong jalan
lewat hutan atas saran penduduk sekitar karena bisa menghemat dua jam. Sekitar
pukul sebelas siang saya sampai di pos satu. Tetapi yang namanya savana,
jarang sekali terdapat pohon, maka saya pun tidak berlama-lama di pos ini
karena sengatan matahari, tidak heran banyak yang menyebut Rinjani ‘gunung
pantai’.
2. Savana Sembalun
Angin padang yang bertiup membuat
ilalang-ilalang melambai bagai jutaan rajutan yang begitu indah. Ada eksotisme
yang tidak terbantahkan disana.
Saya beruntung kabut mulai turun dan
sedikit mengurangi sengatan matahari. Selama perjalanan, saya sering berpapasan
dengan pendaki asing. Tidak heran, gunung Rinjani memang salah satu daya tarik
wisata yang terkenal di mancanegara. Saya sempat berbincang dengan salah satu bule
dan dia berkata, ‘Indonesia was really beautiful..’, saya hanya
tersenyum dan berkata, ‘Indeed..’
Kabut menemani saat mendekati
Plawangan Sembanlun
Sesaat sebelum matahari terbenam,
saya sampai di pos tiga. Di tempat ini saya mendirikan tenda dan beristirahat
untuk mempersiapkan pendakian keesokan harinya.
Namanya terdengar mengerikan. Bukit
penyiksaan, adalah nama tempat yang kami lewati pada pendakian hari kedua.
Perbukitan terjal ini memang membuat kami tersiksa karena tanjakan yang seakan
tak pernah habis.
Disini kami sering menemukan puncak
semu, dari kejauhan seperti puncak bukit tetapi sebenarnya bukit-bukit
berikutnya masih tertutup kabut.
Para pendaki Rinjani
Jalur alternatif adalah Bukit
penyesalan, tanjakannya relatif lebih landai tapi jarak tempuh lebih lama. Tapi
di sepanjang perjalanan hari itu, pemandangan sangat surreal. Sensasinya mirip
berjalan di dunia khayal film science fiction.
Sesampainya di pos plawangan
sembalun, awan sudah berada sejajar dengan kaki kami. Disini hawanya memang
lain, sudah terasa benar-benar di alam liar, alam para petualang.
Bahkan saat angin berhembus pun
terdengar jelas suaranya. Ahhh, rasanya saya ingin sekali melompat dan
menari-nari di atas awan itu.
Plawangan Sembalun Sore Hari Sunset
ditemani bunga edelweiss dan awan dibawah kaki. Fantastis! Indonesia memang
luar biasa!
Plawangan sembalun adalah pos
terakhir sebelum puncak, dengan ketinggian sekitar 2700 mdpl. Puncak Rinjani
berada di ketinggian 3726 mdpl. Berarti masih ada sekitar satu km vertikal,
saya jadi malas membayangkannya.
Bagaimanapun, saya akan summit
attack pas jam 12 malam tepat. Sisa-sisa tenaga saya kumpulkan demi puncak
rinjani. Daypack, headlamp, makanan kecil, P3K, air serta doa yang saya bawa.
Target saya tepat saat subuh saya sudah di puncak dan mengambil foto sunrise
dari sana.
Trek berpasir sangat menyulitkan
pergerakan.
Jalur menuju puncak adalah pasir,
mirip seperti di semeru. Jalur ini sangat mengerikan, kiri-kanan langsung
jurang menganga lebar. Saya sangat setuju summit attack dimulai malam hari
sehingga mental kita tidak jatuh duluan melihat jalurnya.
“Seorang pendaki sejatinya tidak
sedang menaklukan pucuk-pucuk tertinggi yang menusuk ke langit, melainkan ia
sedang menaklukan pucuk-pucuk tertinggi dirinya sendiri sebagai manusia” –
unknown
Sebenarnya, saat tanjakan pasir
terakhir saya sudah tidak kuat sama sekali. Ingin sekali turun kebawah. Tetapi
saya selalu disemangati oleh pendaki lain, yang bahkan saya tidak kenal.
Teriakan-teriakan penyemangat mereka memberi kekuatan kepada saya.
Bintang-bintang yang bertaburan di atas juga ikut menyemangati. Bayang-bayang
orang yang saya sayangi juga tiba-tiba muncul memberikan kekuatannya.
Hampir Puncak
Break the limit. Itu kata-kata yang selalu ada di pikiran saya. Rinjani
mengajarkan saya untuk selalu tidak menyerah dalam keadaan apapun. Langkah demi
langkah saya jalani, walaupun terkadang kaki terjebak di pasir, yang hanya
perlu saya lakukan hanyalah melangkah dan terus berdoa.
Dan… sayapun berada di Puncak
Rinjani..
3. Puncak Rinjani!
Ingin menangis rasaya tapi malu
hehe. Dari puncak 3726 meter di atas permukaan laut, saya bisa melihat
semua sisi pulau lombok, bahkan pulau bali dan sumba!
Di kejauhan terlihat Gunung Agung di
Bali berdiri dengan angkuhnya. Melihat kaldera rinjani dengan garis enam
kilometer, saya merasa bagikan buih di lautan.
Setelah bersalaman dengan setiap
orang di Puncak dan sedikit berfoto, saya harus segera turun karena puncak akan
panas sekali dan persediaan air pun tinggal sedikit. Saat melihat jalur turun,
saya sedikit merinding. Tetapi jika kita telah menemukan iramanya, kita bisa
seperti bermain “ski pasir”, asalkan hati-hati jangan sampai terperosok ke
jurang.
Sesampainya di plawangan kembali,
saya beristirahat sebentar dan bersiap untuk turun ke Danau segara anak. Danau
segara anak berada di ketinggian 1700 mdpl. Jalurnya cukup berbahaya, karena
banyak sekali bebatuan dan pasir. Hati-hati berpijak disini. Saya berangkat
terlalu sore sehingga saya terpaksa membuat camp di tengah jalan. Terlebih lagi
ada teman saya yang kakinya cidera dan saya menemukan seorang bapak yang
ketinggalan dari rombongannya, bapak ini tidak membawa senter!
4. Menuju Segara anak
Pagi hari kami melanjutkan ke Danau
segara anak, sepanjang perjalanan kami disuguhi panorama yang eksotis.
Bukit-bukit seperti zaman purbakala di hadapan kami. Imajinasi saya mengatakan
kalo ada T-Rex disini pasti bagus.
Danau segara anak memberikan kejutan
yang luar biasa, hot spring! Ahhh, rasanya nikmat sekali berendam di air panas
setelah perjalanan yang melelahkan. Rinjani memang penuh dengan kejutan. Saya
hampir berendam disana dua jam lebih ditemani sama monyet-monyet liar yang
ingin mencuri makanan.
Memancing di Segara Anak. Ikannya
besar-besar!
Yang paling saya tidak bisa lupakan
dari Danau segara anak adalah pada saat sunset. Sulit melukiskannya dengan
kata-kata. Sinar matahari sore menyinari pegunungan di sekitar segara anak.
Saya merasa seperti bukan di Indonesia. Tetapi ini benar-benar Indonesia bung!
Saya benar-benar cinta dengan Indonesia!
Semburat oranye di segara anak
Terima kasih Rinjani, terima kasih
atas semua keindahan dan keajaibanmu, terima kasih telah memberikan keyakinan
bahwa mimpi-mimpi itu memang dapat kita raih jika kita tidak tidak pernah
menyerah, terima kasih buat teman-teman atas kehangatannya, terima kasih Tuhan
telah mengizinkan saya melihat sedikit indahnya ciptaan-Mu.. Sampai bertemu
lagi!
0 komentar:
Posting Komentar